Tak ada satupun orang yang mau diserang penyakit, bahkan
yang paling sepele sekalipun seperti flu atau sekadar pusing kepala ringan.
Namun sayangnya, penyakit sering datang sendiri tanpa permisi, entah si empunya
tubuh berkenan atau tidak.
Lebih parahnya, jika tak ada gejala apapun yang mengawali
hadirnya penyakit tersebut. Salah satu yang paling berbahaya dari jenis ini
adalah hipertensi atau darah tinggi.
Darah tinggi atau hipertensi datang tanpa gejala. Tanpa disadari,
penderita sudah divonis darah tinggi karena hasil pemeriksaan tekanan darah
menunjukkan demikian.
Pada awalnya penderita mungkin bisa santai, tapi jika tak
dirawat dan dinormalkan secara serius, darah tinggi dapat meningkatkan resiko
datangnya beberapa penyakit lain yang lebih berakibat lebih fatal seperti
stroke, aneurisma, gagal jantung bahkan kerusakan ginjal. Sangat mengerikan,
bukan?
Pengobatan darah tinggi memang sudah mengalami kemajuan yang
signifikan. Artinya, berbagai metode dan obat-obatan sudah diuji coba. Beberapa
berhasil dan lainnya tidak.
Namun, kemajuan ini juga tak berarti banyak dalam menekan
angka penderita darah tinggi karena darah tinggi ini bukan disebabkan oleh
penyebaran virus, kuman, atau bakteri apapun. Darah tinggi umumnya terjadi
karena faktor internal dalam tubuh manusia itu sendiri, termasuk gaya hidup.
Cara
Mengetahui Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah diperlukan sebuah alat yang
disebut sfigmomanometer. Ada dua angka yang wajib diperhatikan saat pengukuran
berlangsung.
Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi disebut sistolik, sedangkan angka yang lebih rendah diperoleh saat
jantung relaksasi disebut diastolik.
Nah, seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi jika
pada saat duduk, angka tekanan sistoliknya mencapai 140 mmHg atau lebih, dan
tekanan diastoliknya mencapai 90 mmHg atau lebih. Intinya, baik tekanan
sistolik maupun diastoliknya tinggi.
Jenis-Jenis
Darah Tinggi
Sampai sekarang kita mengenal dua jenis darah tinggi,
pertama darah tinggi sistolik terisolasi dan yang kedua darah tinggi maligna.
Darah tinggi sistolik terisolasi terjadi saat tekanan sistolik mencapai angka
140 mmHg atau lebih, tetapi angka diastoliknya kurang dari 90 mmHg (tekanan
diastolik normal).
Darah tinggi tipe ini sering dialami oleh para lanjut usia,
tentu karena faktor usia. Semakin bertambah usia seseorang, tekanan sistolik
akan semakin tinggi sampai usia 80 tahun.
Tekanan diastolik akan terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, dan akan menurun perlahan atau bahkan menurun drastis. Kedua, darah
tinggi Maligna.
Pada darah tinggi tipe ini, penderita harus ekstra waspada
dan benar-benar menjaga kondisinya, karena bila tidak diatasi secara tepat
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
Darah tinggi tipe ini jarang terjadi, hanya 1 dari 200
penderita hipertensi yang mengidap darah tinggi maligna. Para ahli mengemukakan
beberapa penyebab darah tinggi, diantaranya gaya hidup yang tidak sehat, stres,
merokok, konsumsi alkohol, menu diet yang tidak seimbang, terlalu banyak
mengonsumsi garam, obesitas, dan ada pula faktor genetis dan hormonal.
Walaupun tekanan darah masih dalam batas normal, tentunya
penyebab-penyebab tersebut harus dihindari. Mengonsumsi makanan sehat dan
bergaya hidup teratur dan menjauhi stres adalah keharusan, bukan lagi pilihan.
Memvonis seseorang mengidap darah tinggi tentu bukan hal
yang mudah, apalagi gejala darah tinggi tak tampak secara nyata. Meskipun
masyarakat sering menghubungkan gejala tertentu dengan hipertensi, seperti
pusing, hidung berdarah, mudah lelah, dan wajah kemerahan, jangan lantas ini
dijadikan patokan karena darah tinggi tak selalu menimbulkan gejala seperti
yang telah disebutkan.
Pemeriksaan dokter akan menghasilkan diagnosa yang lebih
akurat daripada menduga-duga yang tidak jelas. Masa depan Anda sangat berharga,
maka jangan sepelekan darah tinggi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar